Thursday, June 26, 2008

Buat Apa Sholat.....?

Pertanyaan itu datang dari seorang teman saat saya mengajaknya sholat.

“Yang penting kan aqidah, ahlak, ngapain kita sholat, puasa, naik haji dan bayar zakat kalau masih juga nyolong, korupsi, nipu dsb,” cetus teman saya itu lagi.

Anda kaget mendengarnya?

Bagaimana jika ternyata pernyataan semacam itu dilontarkan oleh jutaan orang di seluruh dunia, terlebih jika orang-orang itu Muslim?

Sejujurnya saya merasa bersyukur karena masih bisa menikmati ritual ibadah dalam Rukun Islam sekalipun saya belum memiliki ahlak dan aqidah semulia Rosululloh SAW.

Setidaknya bisa menikmati ibadah-ibadah tersebut dan berusaha tidak melanggar aturan-aturan dasar sudah menjadi hal yang membahagiakan bagi saya selain hal tersebut menjadi pendorong untuk terus meningkatkan kualitas maupun kuantitasnya.

Sebagai seorang Muslim yang sudah merasakan dahsyatnya dampak yang diberikan oleh ritual ibadah dalam Rukun Islam terutama sholat, ada semacam kecanduan dalam diri untuk terus menggali seluruh potensi yang tersimpan di dalamnya.

Saya mulai belajar sholat secara khusyu’ sejak tahun 1993 lalu dari seorang Ustadz Zainal Arifin. Cara beliau mengajari sholat lumayan unik. Menurut beliau, sholat khusyu’ harus memiliki dampak kepada pendirinya hingga setelah selesai dan memulai sholat lagi.


Konsep-konsep penting yang beliau tekankan mengenai sholat adalah sebagai berikut:
  • Sholat harus dilakukan seolah-olah itu adalah ibadah terakhir yang kita lakukan di saat-saat terakhir kehidupan kita.
  • Jika kita diberitahu bahwa umur kita sudah habis oleh malaikat pencabut nyawa, tentunya kita akan berusaha melakukan hal-hal yang terbaik yang bisa dilakukan dalam upaya menunggu datangnya kematian tersebut.
Walaupun mungkin ada beberapa orang yang saat menerima vonis kematiannya sudah dekat, mereka malah semakin mejauh dari kebaikan dan melakukan kerusakan secara internal maupun ekseternal dimana-mana.

Untuk mendapatkan sholat maupun ibadah lainnya yang berkualitas, kita pasti akan berusaha sebaik-baiknya melaksanakannya.

Kita akan berharap semoga amal ibadah yang dilakukan tersebut dapat diterima oleh Alloh SWT dan diridhoi oleh-Nya.

Sholat adalah sarana untuk mendeteksi dan merasukkan keberadaan Alloh SWT.

Sholat adalah aktivitas yang menyatukan antara jiwa, raga dan ruh kita. Penyatuan tersebut haruslah difokuskan pada pendeteksian akan keberadaan wujud Alloh SWT. Dalam hal ini konsep mengenai ihsan menjadi penting.

Segenap kemampuan inderawi kita, baik yang berjalan di dalam sistem kesadaran maupun bawah sadar kita harus didayagunakan untuk mencapai hal tersebut.

Setidaknya pada saat kita mendirikan sholat, tanamkan secara terus-menerus dalam otak kita bahwa kita sedang berhadapan dengan Alloh SWT dan Dia sedang terus-menerus memperhatikan kita dengan segala ke-Maha Terpujiannya. Hal inipun sebenarnya menjadi semacam pertanyaan mendasar tentang asumsi beberapa orang yang menganggap sholat adalah meditasi Islami.

Sholat bukanlah meditasi karena sholat adalah perangkat untuk berdialog dengan Alloh SWT. Sedangkan meditasi lebih menekankan pada aspek perenungan dan dialog dengan diri sendiri. Di dalam meditasi tidak diajarkan bagaimana merasukkan keberadaan Allah SWT dalam diri kita. Sedangkan sholat merupakan latihan intensif dan radikal dalam mewujudkan bersatunya Dzat Ilahiyah dalam diri kita dengan sumbernya langsung.


Sholat adalah sarana untuk mencuci otak dan kesadaran kita.

Salah satu syarat sahnya sholat adalah kesadaran penuh pelakunya. Tanpa kesadaran yang penuh maka sholat hanyalah aktivitas olah raga dan pembacaan kalimat tanpa makna.

Padahal seharusnya sholat adalah instalasi dan pengaturan kesadaran dan bawah sadar kita akan makna-makna aqidah dan hakikat yang sudah digariskan oleh Alloh SWT.

Dengan aktivitas yang berulang dan berkesinambungan, diharapkan pikiran dan sikap kita akan berubah secara bertahap sehingga terwujudkan di segala aspek kehidupan kita.


Sholat adalah tiang Dienul Islam.

Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya bahwa dalam sholat ditanamkan dan dirasukkan dalam diri kita mengenai nilai-nilai aqidah dan hakikat sebagaimana yang digariskan oleh Alloh SWT.

Meninggalkan sholat berarti meninggalkan kesempatan bagi diri kita untuk terus-menerus menerima siraman nilai-nilai tersebut yang dampaknya adalah runtuhnya nilai-nilai tersebut dari sendi-sendi kehidupan kita.


Jadikan hari-hari kita untuk menunggu waktu sholat.

Tentunya kita masih ingat saat hati berdebar-debar menanti waktu akhir pekan untuk apel ke rumah kekasih kita. Apel adalah hal yang sangat kita nantikan kedatangannya karena kerinduan kita pada si dia (atau si mereka )

Jika kita menjadikan sholat sebagaimana apel, tentunya akan tertanamkan kerinduan yang mendalam dalam hati kita untuk segera bertemu sang kekasih, Alloh SWT. Kerinduan yang mendalam tersebut akan menjadikan kita tidak menunda-nunda sholat dan menjadikannya prioritas pertama dalam aktivitas keseharian kita.

Jadi masihkah kita belum yakin pentingnya sholat? Ayo kita sama-sama belajar sholat yang benar dan khusyu’.

Sumber: "http://www.setiabudi.name/archives/89"

No comments:

Post a Comment

Silahkan memberikan komentar dengan perkataan yang sopan dan santun, perkataan dapat menilai seberapa tinggi pendidikan anda. Terima Kasih.